Dapatkah Mesin Berpikir Selayaknya Manusia

artikel ini, merupakan adaptasi dari artikel Emotional Machine, di ai-depot

Saat ini, kita sangat sering berinteraksi dengan komputer. Kehidupan kita selayaknya berlari dalam kecepatan microchip. Begitu banyaknya hubungan interaksi itu, maka jika diandaikan semua komputer di dunia ini berhenti bekerja, maka seketika itu pula abad dua puluh satu berhenti. Pada lima puluh tahun yang lalu, hal seperti ini masih menjadi konsumsi film-film fiksi, namun sekarang hal tersebut sudahlah menjadi kenyataan. Kenyataan bahwa komputer menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita tampaknya akan terus berlangsung dan semakin berkembang.

Dalam satu dekade terakhir ini, perangkat digital telah merevolusi cara hidup kita secara fundamental. Umumnya orang-orang menghabiskan lebih banyak waktu dengan mesin ketimbang berinteraksi sesama manusia. Sebuah bentuk simbiosis antara manusia-mesin berkembang dengan sangat pesat di abad dua puluh satu ini. Sampai sejauh ini, keterikatan tersebut masih berupa hubungan satu sisi, dalam artian bahwa kemampuan untuk menghasilkan, mengenali, dan mengekspresikan emosi hanya dimiliki oleh pihak manusia. Jika saja kecerdasan seperti itu dapat diajarkan kepada mesin, maka kita harus mengkonsep ulang persepsi kita akan mesin. Tentunya hal tersebut akan mengubah kembali gaya hidup kita pada milenium ketiga ini.

Dalam kenyataannya, kita telah bisa mengajarkan kepada mesin untuk membaca teks, menyampaikan suatu berita, dan bahkan mengenali perilaku manusia melalui perkataan dan aksi yang dilakukannya. Mungkin inilah saatnya dimana kita harus bersiap untuk memasuki tahapan dimana mesin non-biologis menjadi bagian dari hidup kita. Sebelum itu, peneliti harus dapat menjawab tantangan yang menghambat komunikasi diantara keduanya.

Di awal abad baru ini, Internet berhasil menggabungkan semua bidang pengetahuan ke dalam satu lintasan cahaya yang terang. Berbagai orang dari seluruh penjuru planet ini menghabiskan banyak waktunya untuk menelusuri dunia internet, khususnya di dalam chat room, grup usenet, dan forum digital. Chat server, misalnya saja, adalah suatu platform unik dimana aktivitas antara manusia dan mesin saling bertemu. Di dalamnya, beberapa peneliti ataupun pemrogram lepas yang telah merealisasikan chat bots, atau script komputer yang dirancang untuk berinteraksi dengan manusia melalui obrolan. Jika saja ini adalah indikasi yang menunjukan mulai terbukanya manusia untuk berbagi emosi dengan mesin, maka kita telah maju satu langkah dalam mengatasi kecanggungan komunikasi manusia-mesin.

Apakah Manusia Merupakan Sosok Mesin

Seorang dokter memandang manusia sebagai sistem jaringan syaraf dan biologis. Ahli Matematika mempertimbangkan manusia sebagai koleksi dari perangkat komputasi dan logika. Sementara pakar kecerdasan buatan menganggapnya sebagai robot yang berperilaku interaktif.

Dari pengertiannya, Komputer adalah mesin yang dapat melakukan komputasi. Komputasi dapat direalisasi dengan membuat keterhubungan. Pada intinya, Komputer memperhitungkan keterhubungan yang paling mungkin untuk melakukan suatu proses atau pekerjaan. Sementara itu, manusia bekerja dengan cara berpikir. Untuk bisa menjawab pertanyaan di atas, kita harus lebih dulu bisa mencari keterhubungan ini, “Apakah berpikir adalah sesederhanan mencari keterhubungan ?”

Dahulu, nenek moyang komputer atau biasa disebut kalkulator dibuat untuk membantu manusia dalam melakukan proses perhitungan. Saat ini, para peneliti dengan bantuan algortima kecerdasan buatan dan superkomputer, mencoba untuk membuat imitasi pekerjaan logika dari otak manusia. Mereka berusaha untuk menciptakan mesin yang dapat berpikir.

Namun, pada kenyataannya, kebanyakan dari aplikasi komputer saat ini hanyalah aplikasi logika yang dikembangkan dengan mereferensi pada bagaimana cara manusia melakukan sesuatu. Manifestasi perangkat komputer seperti itu belumlah bisa dikatakan sebagai proses berpikir, karena komponen elektronika tersebut tidak mempunyai ide mengenai apa yang terjadi. Mereka hanyalah mesin aksi-reasi. Aksi yang mereka lakukan terikat pada apa yang telah terjadi.

Mencerna informasi, mengambil keputusan, dan kemampuan untuk belajar dapat merepresentasikan pengertian berpikir. Untuk melakukan aktivitas seperti itu, kita memerlukan operasi logika seperti perbandingan, duplikasi, perhitungan, mengingat, dan pengurutan. Tentu saja komputer dapat melakukan semua hal itu. Kita telah melihat serangkaian aktivitas yang dapat memperlihatkan pada kita bagaimana komputer dapat berlaku selayaknya manusia. Namun, beberapa keterbatasan pada komputer-lah yang membuat kita ragu untuk memasukan komputer ke dalam kelas yang sama dengan kita

.

Dapatkah Mesin Berpikir Kreatif

Berpikir mengarah kepada kreatifitas, sesuatu yang dapat membangkitkan miliaran emosi pada tubuh dan jiwa. Dapatkah komputer membangkitkan unsur kreativitas pada dirinya sendiri? Mungkin salah satunya pernah sekali mengalahkan Gary Kasparov dalam sebuah pertandingan catur, namun akankah mereka mampu menandingi kejeniusan Einstein? Dapatkan mereka menciptakan teori fisika yang spektakuler? Dapatkah mereka menciptakan lukisan selayaknya Picasso? Atau dapatkah mereka menghasilkan filosofi berpikir yang indah seperti Karl Max atau Mahatma Gandhi? Kreativitas memerlukan bantuan keajaiban, yang tidak dapat dijelaskan dengan teori logika diskrit.

Kreativitas dalam pikiran manusia tumbuh beriringan dengan pengalaman yang pernah dirasakannya. Pada awalnya, seorang bayi yang baru lahir tidak mempunyai emosi mengenai apa yang disukainya dan apa yang tidak. Kemudian sejalan dengan pengalamannya di dalam keluarga, masyarakat, budaya, dan gaya hidup sekitar kita yang berbeda, maka gaya berpikir setiap individu pun akan berbeda. Apa yang terlihat indah pada suatu orang, belum tentu juga terlihat indah pada orang lain. Lingkunganlah yang sangat mempengaruhi cara kita berpikir dan merasakan sesuatu.

Ketika melihat suatu pemandangan yang indah, manusia akan terpana dan terkadang menyatakan ketakjubannya dengan mengatakan “Wow”. Apakah mereka diprogram untuk mengatakan itu? Tentunya tidak, hal itu terjadi secara alami. Ada unsur di dalam pikiran manusia yang menyebabkannya dapat menikmati dan merasakan suatu pengalaman. Akumulasi dari pengalaman yang berbeda inilah yang membangkitkan unsur kreativitas dalam pikiran manusia. Berdasarkan kenyataan ini, untuk membuat mesin yang memiliki kreativitas serupa dengan yang dimiliki manusia, haruslah dirancang mesin yang dapat merasakan dan menikmati pengalaman yang dilaluinya.

Kenyataan dan Emosi

Ketika ditanya berapa lama satu menit itu, kita mungkin akan menjawab tergantung kondisi bagaimana pentingnya satu menit itu bagi kita. Jika kita sedang menikmati sesuatu, mungkin satu menit itu terasa sangat cepat. Namun jika kita berada dalam kondisi menunggu, satu menit akan terasa lama. Dapatkah komputer mengetahui hal semacam itu? Jika ditanya hal semacam itu, komputer bisa saja menjawab satu menit adalah enam puluh detik. Mereka hanya mengetahui suatu hal berdasarkan data matematis yang tersimpan saja, tetapi sesungguhnya tidak mengetahui apa definisi hal itu sendiri. Ketidaktahuan seperti inilah yang menjadi alasan bagi manusia untuk takut terhadap teknologi. Takut akan kemungkinan buruk yang disebabkan ketidaktahuan.

Manusia mempunyai banyak sekali bentuk emosi. Tidak seperti data matematis, emosi tidak dapat didefinisikan secara tepat. Emosi juga dibentuk dari lingkungan. Oleh karenanya suatu aksi dapat membangkitkan emosi yang berbeda pada individu yang berbeda. Robot yang cerdas mungkin dapat mengklasifikasikan emosi ke dalam beberapa jenis, misalnya saja senang, sedih, marah, dan sebagainya, untuk kemudian dipetakan ke dalam beberapa situasi yang sesuai. Namun pemetaan tersebut akan gagal ketika terjadi situasi yang melibatkan gabungan emosi. Misalnya saja kebahagiaan yang muncul di dalam suatu pertengkaran. Ketika kebahagiaan itu terjadi dikarenakan adanya hubungan dengan sesuatu yang terjadi di masa lalu, maka emosi buatan mesin akan kacau.

Mengapa Mesin Memerlukan Perasaan

Sebuah mesin berperasaan dapat dideskripsikan sebagai perangkat lunak atau perangkat keras yang dapat mengenali, mengekspresikan, dan bahkan menghasilkan emosinya sendiri. Tujuannya ialah agar dapat mengenali kelakuan penggunanya sehingga dapat melayani dengan perasaan halus dan secara intuitif dapat berinteraksi dengannya.

Manusia merasa hidup dikarenakan adanya perasaan. Hal inilah yang menjadi dasar munculnya ungkapan dalam bahasa Inggris , “I think therefore I am, I feel therefore I am“. Pernyataan-pernyataan tersebut tersebut mendorong setiap pembicaraan mengenai robot yang ingin menyerupai tingkah manusia agar mempunyai perasaan.

Manusia adalah makhluk sosial. Orang berusaha membentuk relasi dikarenakan alasan tersebut. Keterhubungan membuat mereka merasa nyaman. Di masa moderen seperti ini, terdapat banyak rumah sakit dan dokter yang berkualifikasi. Namun, pada kenyataannya, jumlah kemunculan penyakit semakin banyak saja. Mungkin hal tersebut, salah satunya dikarenakan kurangnya hubungan sosial yang dilakukan oleh orang-orang jaman sekarang. Mayoritas aktivitas mereka adalah berinteraksi dengan mesin, sehingga hubungan antara manusia dengan manusia jarang dipenuhi. Melihat kenyataan ini, jika saja mesin dapat mempunyai perasaan selayaknya yang dimiliki penggunanya dan dapat saling berempati dengan mereka, mungkin akan dapat mengurangi tingkat stress manusia yang diakibatkan kurang hubungan sosial.

Masa Depan Mesin

Ke depannya, kita mungkin akan melihat bagaimana film-film fiksi, dimana manusia dan robot dapat berjalan berdampingan, akan terwujud. Berbagai penelitian mengenai robot yang sempurna sedang diusahakan oleh berbagai peneliti di seluruh dunia ini.

Awalnya mungkin kita akan menganggap bahwa usaha-usaha tersebut hanyalah konyol belaka. Tidak mungkin menciptakan mesin yang dapat berperilaku seperti manusia. Seandainya bisa pun, kita masih ragu akan kegunaannya. Pertanyaan-pertanyaan seperti “Dapatkah mereka membantu kehidupan manusia?” atau “Apakah mereka berguna secara komersil?” akan terus bergaung di dalam pikiran kita. Namun, jika ternyata di masa depan robot-robot ini mampu membantu manusia dalam mempersiapkan kehidupan yang lebih baik, maka kita yang saat ini akan sama seperti para kaum konservatif di awal abad dua puluh yang menertawakan Wright bersaudara yang saat itu sedang menerbangkan Kitty Hawk-nya

Tags: , ,

About sisusilo

I was born after we celebrate youngman promise about their commitment to this country

2 responses to “Dapatkah Mesin Berpikir Selayaknya Manusia”

  1. infogue says :

    artikel anda bagus dan menarik, artikel anda:
    http://www.infogue.com/
    http://kecerdasan-buatan.infogue.com/dapatkah_mesin_berpikir_selayaknya_manusia

    anda bisa promosikan artikel anda di infoGue.com yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!

  2. antonrifco says :

    thanks

    kebetulan saya tertarik ama ai

    jadi ini deh hasilnya, hehe

    maklum blom bisa buat robotnya, yah artikelnya dulu

Leave a reply to infogue Cancel reply